Archive | October 2012

Sehebat Itukah Lady Gaga?

Membaca salah satu judul berita di VoA tentang adanya spesies tanaman pakis baru yang diberi nama Lady Gaga, membuat saya bertanya-tanya dalam hati. Penting amat sih, sampai nama pakis saja harus diberi nama Lady Gaga. Apalagi menyimak alasan mengapa nama Lady Gaga diberikan untuk tanaman pakis tersebut. Simak pernyataan salah satu profesor biologi yang terlibat dalam penemuan tanaman pakis itu, “karena pembelaannya (Lady Gaga) yang berapi-api atas kesetaraan dan kebebasan ekspresi individu”. Itulah alasan mengapa tanaman pakis itu diberi nama Lady Gaga. Tentunya alasan lain yang terkait kemiripan bentuk juga sempat mengemuka. Lady Gaga pernah menggunakan kostum “gametophyte” pada Grammy Awards 2012 yang kemungkinan mirip dengan bentuk tanaman pakis yang baru ditemukan tersebut.

Wow, benarkah Lady Gaga sehebat itu? Perempuan yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini lahir di New York 26 tahun yang lalu. Tepatnya 28 Maret 1986. Musikalitasnya sangat kental dipengaruhi oleh banyak tokoh di dunia musik yang terkenal pada jamannya. Sebut saja Madonna, Michael Jackson, Andy Warhol dan David Bowie. Masih banyak artis tenar lain yang turut mempengaruhi musikalitasnya selain nama-nama yang baru disebutkan tadi. Lahir di keluarga sederhana (menurut Gaga sendiri), dengan ia sebagai anak tertua, telah membuat bekerja menjadi suatu hal yang biasa di keluarganya. Ayahnya yang seorang pengusaha internet dan ibunya yang bekerja di bidang telekomunikasi harus bekerja lebih dari 12 jam sehari untuk memenuhi kebutuhan mereka. Keinginan Gaga untuk mendobrak dan keluar dari pakem yang sudah ada mulai terlihat sejak ia bersekolah di salah satu sekolah katolik khusus perempuan di Manhattan. Kalau diceritakan seluruhnya, riwayat hidup Gaga akan sangat panjang. Belum lagi mengenai riwayat Gaga bermusik dan asal-muasal nama Lady Gaga. Wah.. bakal panjang ceritanya bak cerita bersambung atau novel. Tapi boleh lah sedikit tentang riwayat nama Lady Gaga.

Adanya nama Lady Gaga tak lepas dari peran Rob Fusari seorang produser yang turut mendongkrak karir Lady Gaga. Ketika itu SG Band (Stefani Germanotta Band), band-nya Lady Gaga mulai meredup dan akhirnya harus bubar. Hal ini membuat Gaga harus berkelana sendiri sebagai penyanyi lepas. Saat itu kebetulan Rob sedang mencari seorang vokalis perempuan, dan didapatilah Gaga (waktu itu Stefani). Setiap proses rekaman berlangsung, selama mereka bertemu, lagi Radio Gaga-nya Queen selalu berkumandang mengawali proses rekaman. Suatu kali, mereka sedang berpikir mengenai nama panggung apa yang pas untuk Stefani. Rob kemudian menges-em-es Gaga. Maksud Rob waktu itu ingin mengetikkan kata Radio Gaga namun akibat kecanggihan teknologi sms dengan predictive text maka yang keluar adalah Lady (bukan Radio) Gaga. Begitulah kira-kira sejarah namanya.

Lalu apa yang menarik disimak dari seorang Lady Gaga?

Tidak hanya berkarir di musik, Gaga memberikan cukup banyak uang dan waktu dalam berbagai kesempatan acara amal. Walau sempat menolak menyanyikan satu single dalam album “We are the World 25” untuk membantu korban gempa bumi di Haiti, Gaga mendonasikan hasil konsernya (kurang lebih sebesar USD 500,000) di Radio City Music Hall tanggal 24 Januari 2010 untuk membantu proses rekonstruksi atau pembangunan kembali fasilitas umum yang hancur akibat gempa di Haiti tersebut.

Ketika gempa dan tsunami melanda Jepang di tahun 2011 (11 Maret), Gaga menggandeng salah satu perusahaan untuk membuat gelang yang ia desain bersama perusahaan tersebut. Semua hasil penjualan gelang tersebut didonasikan untuk kebutuhan relief mengatasi dampak akibat gempa dan tsunami tersebut. Tanggal 29 Maret 2011 (cuma 18 hari setelah bencana itu), penjualan gelang Gaga tersebut telah mencapai USD 1,5 juta. Wow!

Selain itu, untuk mendukung para korban bencana gempa dan tsunami di Jepang ini, Gaga juga aktif mendukung pendanaan untuk Palang Merah Jepang dengan penampilannya di MTV Japan’s Charity Show.

Di bidang HIV dan AIDS, Gaga dan rekannya Cyndi Lauper bergabung membentuk MAC Cosmetics yang menelurkan Viva Glam lipstick dan lipgloss. Semua hasil penjualannya ditujukan untuk program pencegahan HIV dan AIDS di seluruh dunia. Sekitar USD 202 juta telah berhasil didapatkan untuk membantu program pencegahan HIV dan AIDS di seluruh dunia.

Image

Gaga berpidato dalam National Equality March 2009 (Sumber: Wikipedia)

Ada juga satu organisasi juga yang didirikan oleh Gaga untuk pemberdayaan orang muda. Namanya Born This Way Foundation (BTWF). Organisasi ini bergerak untuk mengatasi isu rendahnya percaya diri di kalangan orang muda, isu bullying, isu mentoring, isu keberadaan orang muda, hingga isu seputar pengembangan karir orang muda. Organisasi ini bekerjasama dengan banyak pihak untuk mewujudkan berbagai program. Di antaranya adalah program “kembali ke sekolah” dan “Born Brave” yang ditujukan untuk mengatasi bullying yang sering terjadi di sekolah.

Gaga juga dikenal anti undang-undang keimigrasian yang membatasi orang Meksiko untuk menyeberang ke Amerika via Arizona. Ia juga dikenal sebagai aktifis yang membela hak-hak LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Bahkan Gaga secara khusus mendedikasikan satu lagu “Poker Face” yang menceritakan kehidupan biseksualnya. Pada MTV Music Awards tahun 2010, Gaga menggunakan gaun yang cukup fenomenal yaitu gaun yang terbuat dari daging. Walau sempat mendapat komentar tidak enak dari PETA, Gaga lebih ingin menyatakan bahwa pakaian dari daging yang dipakainya saat itu sebagai pernyataan atas hak-hak universal seorang manusia dengan fokus pada komunitas LGBT. “Kalau kita tidak lagi mau berdiri atas apa yang kita percayai, dan tidak mau memperjuangkan hak-hak kita, suatu saat hak yang kita punyai hanyalah sebatas daging yang menutupi tulang-tulang kita”, begitu kata Gaga. Ada benarnya juga ya?

Dengan segudang peran penting Lady Gaga di berbagai aktifitas sosial jadi membuat saya bertanya-tanya, bisa kah saya paling tidak melakukan hal yang sama dengan Lady Gaga? Maksud saya ngga lantas ikut-ikutan pakai baju aneh, jadi biseksual dan jadi penyanyi lho! Tapi lebih banyak berperan untuk lingkungan hidup, pencegahan HIV dan AIDS,  kepentingan kaum marjinal, dan banyak hal positif lainnya.

Rasanya, kalau memikirkan banyak hal positif yang telah dilakukan Lady Gaga, saya jadinya kepingin deh ikut disebut sebagai Little Monster!

Referensi: Wikipedia

Nikmatnya Hidangan Bakar Batu Wamena

Para lelaki mempersiapkan “bakar batu” (dok. pribadi)

Tinggal menetap selama 6 tahun (sejak tahun 2006) di Wamena Papua sebelum akhirnya pindah ke Surabaya membuat saya merindu satu masakan khas Wamena. Namanya bakar batu. Sebenarnya saya masih agak bingung apa ini bisa disebut jenis masakan atau teknik memasak. Yang pasti kami biasa menyebutnya “makan bakar batu” ketika masih di Wamena.

Apa itu “bakar batu”? Bakar batu ialah masakan yang dibuat dengan menggunakan batu panas. Batu panas inilah yang sebenarnya menjadi asal nama dari “makan bakar batu” ini. Batu-batu dikumpulkan dalam satu petak. Kemudian dibakar menggunakan kayu api selama beberapa jam. Hasilnya, ya batu panas tadi. Sambil menunggu batu-batu tersebut panas, biasanya para laki-laki membuat lubang di tanah dengan diameter sekitar setengah meter atau lebih (kadang bisa sampai satu meter, tergantung berapa banyak bahan yang akan dimasak) dan kedalaman setengah meter atau lebih juga. Lubang-lubang tersebut kemudian dilapisi dengan rumput atau alang-alang yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Sambil menunggu batu-batu panas juga, dipersiapkan segala bahan yang akan dimasukkan ke dalam lubang bersama dengan batu-batu panas. Bahan-bahan yang dipersiapkan biasanya adalah daging (biasanya masyarakat Wamena menggunakan daging babi, ayam, atau kelinci), sayur-sayuran (biasanya daun hipere/ daun ubi jalar) segala jenis, hipere/ ubi jalar, dan kalau ada ditambah dengan jagung. Dengan perkembangan jaman, kadangkala di beberapa daerah bisa ditemukan juga ada tambahan ikan (ikan mujair atau ikan mas) tergantung ketersediaan di wilayah tersebut.

Mempersiapkan “bakar batu” (dok. pribadi)

Setelah semua bahan siap dan batu-batu sudah panas, kaum lelaki akan memindahkan satu per satu batu-batu panas ke dalam lubang yang telah disiapkan. Batu-batu panas dimasukkan ke dalam lubang yang telah dilapisi alang-alang. Kemudian dilapisi lagi dengan sayur-sayuran, kemudian daging-dagingan biasanya menempati tempat paling bawah, diselingi dengan hipere, kemudian dilapisi lagi dengan sayuran, batu-batu panas lagi, dilapisi lagi dengan sayuran, diselingi lagi dengan hipere , jagung, dan sayuran lagi, begitu seterusnya hingga terbentuk gunungan yang akhirnya ditutupi alang-alang pada bagian akhirnya. Di beberapa tempat yang sudah dekat kota biasanya dilapisi lagi dengan terpal pada bagian akhirnya. Terpal menahan panas untuk tetap di dalam sehingga mempercepat proses kematangan bahan-bahan yang ada. Proses memasak yang dulu bisa sampai 4 – 5 jam bisa dipersingkat menjadi 2 -3 jam dengan bantuan terpal ini.

Bakar batu pada awal sejarahnya merupakan bagian ritual adat untuk merayakan hal-hal seperti kelahiran, kematian, pembuatan honai (rumah khas Wamena), mengumpulkan orang untuk bersama-sama membuka kebun baru, dan hal lain yang berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan di satu osili (semacam kampong kecil). Dengan perkembangan jaman, bakar batu tak hanya dilakukan untuk hal-hal tersebut tetapi menjadi meluas. Bakar batu sering dilakukan dalam banyak acara lain selain ritual adat. Bahkan ketika pemilihan legislative (anggota dewan) dan executive (kepala daerah) beberapa waktu lalu, bakar batu menjadi sarana yang cukup ampuh dalam “menyedot” massa untuk kampanye.

Terlepas dari untuk apa tujuan bakar batu itu, yang pasti saya sangat menggemarinya. Saya masih ingat betapa empuknya ubi jalar yang matang hingga ke dalam walaupun ukurannya cukup besar (ubi jalar di Wamena bisa berdiameter 20 cm atau bahkan lebih), betapa renyahnya daging ayam bak dimasak dengan teknik presto “tulang lunak”, dan nikmatnya sambal dabu-dabu sebagai pelengkap penambah kenikmatan menyantap bakar batu. Untuk sambal dabu-dabu ini, ada karena pengaruh pendatang karena jika kita menyantap bakar batu di daerah yang benar-benar pedalaman maka kita tak akan menemukan adanya sambal apalagi sambal dabu-dabu. Dengan bakar batu ternyata semua kandungan nutrisi dalam bahan-bahannya tertahan tetap dalam bahan-bahan tersebut. Kalau ubi direbus misalnya, ada zat yang terlarut dalam air. Jika dibakar atau dimasak dengan oven, biasanya bagian luarnya gosong sementara bagian dalam belum matang. Bakar batu membuat ubi jalar sebesar apapun matang hingga ke dalam. Batu-batu panas memasak semua bahan perlahan-lahan hingga matang seluruhnya. Proses mematangkan ini biasanya memakan waktu cukup lama, bisa 2 hingga 3 jam semenjak semua bahan dimasukkan ke dalam lubang.

Coba kita perhatikan kandungan nutrisi ubi jalar ini yang tetap dipertahankan dalam hidangan bakar batu: (per 100 gram) protein 1,8 gram, lemak 0,7 gram, karbohidrat 27,9 gram, mineral 49 mg, yang tak kalah penting adalah kandungan vitamin A (retinol) sebesar 2000 mcg dan vitamin C sekitar 20 mg serta tidak mengandung kolesterol.

Dengan kandungan nutrisi sedemikian, ubi jalar dipercaya bisa membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, anti radang, membantu penyembuhan bronchitis dan arthritis, serta baik untuk penderita diabetes dan sering digunakan dalam program penambahan berat badan.

Daging sendiri, entah jenis daging mana yang digunakan dalam hidangan bakar batu adalah sumber protein hewani bermutu tinggi yang perlu dikonsumsi oleh setiap orang. Jika kita kebetulan mendapatkan bakar batu dengan menggunakan daging kelinci maka itu jauh lebih baik. Daging kelinci berserat halus dan mempunyai warna sedikit pucat sehingga dapat dikelompokkan dalam golongan daging berwarna putih seperti daging ayam. Daging putih mempunyai kadar lemak rendah dan glikogen yang tinggi. Selain itu daging kelinci mempunyai kandungan kolesterol dan natrium yang rendah sehingga aman dikonsumsi oleh orang berpenyakit jantung, usia lanjut, dan mereka yang mempunyai masalah dengan berat badan. Selain itu ada manfaat lain daging kelinci, antara lain: menurunkan kolesterol, meningkatkan kesuburan, dan bisa untuk membantu penderita asma.

Menikmati hidangan “bakar batu” (dok. pribadi). Penulis nomor dua dari kanan bersama istri dan teman-teman.

Wah cerita terus nih..kapan makannya? Saya teringat waktu itu, setelah lama menunggu (sekitar 3 jam) akhirnya saya dan teman-teman disuguhi hidangan bakar batu (lihat gambar). Kepingin mencoba? Datanglah ke Wamena (sekitar awal Agustus setiap tahunnya ada Festival Lembah Baliem yang pasti ada bakar batunya) dan buktikan sendiri!