Mencoba menulis kembali, kembali mencoba menulis

Memulai menulis posting di blog ini setelah posting terakhir hampir 2 tahun yang lalu membuat saya sedikit harap-harap cemas. Harap-harap cemas karena takut kata-kata yang saya ketik menjadi rangkaian kalimat tidak lagi sebagus dulu. Tidak lagi selancar dulu. Dulu, ketika beberapa lomba blog pernah saya menangkan. Entah sebagai pemenang hiburan atau hanya sebagai pemenang utama 😉 Oh iya, tulisan terakhir yang saya posting di blog ini termasuk yang menang juga lho…

Yang jelas, mencari sesuatu untuk ditulis itulah yang penting. Sama ketika saya menemukan sebuah quote yang cukup menarik yang berbunyi “Orang besar bicara ide, orang biasa bicara diri mereka sendiri, sementara orang berjiwa kerdil membicarakan orang lain”. Apa yang menarik? Karena kalimat yang terakhirnya yaitu mengenai orang yang berjiwa kerdil yang suka ngomongin orang lain. Sering kah bertemu jenis orang seperti ini? Kayaknya pasti sering dan sangat sering kita temukan dalam berbagai tempat dan waktu. Entah di kantor, di sekolah, di kampus, di berbagai tempat umum, hingga di tempat-tempat yang seharusnya tidak ada orang… nah…

Memang tak pernah salah menjadi orang biasa. Ada quote lain yang saya temukan berbunyi “Saya hanya orang biasa yang mendapatkan banyak kesempatan”. Jadi, menjadi orang biasa itupun sebenarnya tak salah. Asalkan bisa memanfaatkan banyak kesempatan yang datang padanya. Caranya? Tentu harus jeli melihat bagaimana kesempatan itu muncul. Kalau tak sadar kesempatan itu datang, bagaimana bisa memanfaatkannya?

Akhirnya quote yang menarik tadi saya modifikasi dan saya buatkan dalam bentuk wallpaper yang bisa para pembaca simpan jika dianggap menarik. Bisa juga mengutip quotenya saja, tak usah dilihat nama pembuat wallpapernya.

Quote yang menarik nih...

Quote yang menarik nih…

Sekian dulu tulisan yang sekali-sekalinya dibuat bukan untuk lomba ini. Lagipula untuk berbagai lomba saat ini terutama lomba blog sudah terlalu banyak pesaingnya. Biarkan para pendatang baru berkarya. Tapi, kalau ada yang hadiahnya besar ya boleh juga diikuti 🙂

Salam!

Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo

Pepatah di atas dapat ditemukan dalam logo Kabupaten Jayawijaya di Papua. Artinya sederhana saja yaitu “Hari esok harus lebih baik dari hari ini”. Kabupaten Jayawijaya sendiri dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1969, tentang pembentukan Provinsi Otonom Irian Barat dan Kabupaten-Kabupaten Otonom di Provinsi Irian Barat (sekarang Propinsi Papua). Berdasarkan pada Undang-undang tersebut, Kabupaten Jayawijaya terletak pada garis meridian 137°12′-141°00′ Bujur Timur dan 3°2′-5°12′ Lintang Selatan yang memiliki daratan seluas 52.916 km², merupakan satu-satunya Kabupaten di Provinsi Irian Barat (pada saat itu) yang wilayahnya tidak bersentuhan dengan bibir pantai. Pada tahun 2008, kabupaten ini kemudian dimekarkan menjadi beberapa kabupaten pemekaran antara lain: Kabupaten Memberamo, Kabupaten Tolikara, Kabupaten Lanny Jaya, dan beberapa kabupaten lainnya. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses pembangunan yang ada di Papua khususnya di wilayah pegunungan tengah dimana Kabupaten Jayawijaya berada.

Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo - Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini

Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo – Hari Esok Harus Lebih Baik dari Hari Ini

Kabupaten Jayawijaya beribukota di Wamena. Kota ini merupakan kota di tengah-tengah pegunungan. Ibaratnya sebuah periuk atau penggorengan maka kota ini tepat berada di tengah-tengahnya. Hingga saat ini, perjalanan dari dan ke kota ini menuju kota-kota besar lainnya di Papua hanya bisa dilakukan dengan menggunakan pesawat udara. Dengan kondisi tersebut harga-harga kebutuhan pokok hingga kebutuhan lain seperti bahan bakar minyak dan bahan bangunan seperti semen di kota ini berbeda jauh dengan tempat-tempat lain di Indonesia. Untuk semen misalnya, biasanya dibanderol dengan harga sekitar empat ratus ribu rupiah per sak dan kadang bisa menembus harga satu juta per sak jika sedang laku-lakunya. Demikian pula untuk bahan bakar seperti bensin. Pada hari-hari biasa, harganya mencapai 20 – 25 ribu per liter dan jika sedang sulit bisa menembus angka 50 ribu per liternya.

Seiring dengan derap pembangunan, saat ini kabupaten Jayawijaya juga tengah berjuang dalam menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS di wilayahnya. Penemuan kasus yang masih sedikit dari perkiraan dengan rendahnya kesadaran untuk memeriksakan diri menjadi penyebab lambatnya penanggulangan HIV dan AIDS di wilayah ini. Untuk itu Komisi Penanggulangan AIDS Daerah kabupaten Jayawijaya berusaha merevitalisasi diri sekitar tahun 2005 hingga 2006. Langkah awalnya yaitu dengan mengikutsertakan berbagai organisasi kemasyarakatan untuk ikut mengambil peran dalam KPAD baik sebagai pengurus langsung atau berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh KPAD.

Pada pertemuan pertama, seorang pejabat pemerintah waktu itu (kalau tidak salah jabatannya waktu itu Asisten II Sekretaris Daerah Kabupaten) mengungkapkan bahwa langkah-langkah yang cepat harus segera diambil untuk mulai menanggulangi penyebaran HIV secara lebih serius. Pembangunan tidak akan berarti jika manusianya sakit dan tidak bisa menikmati hasil pembangunan tersebut, begitu kata beliau waktu itu. Nama beliau adalah Pak Benyamin. Saat ini saya tidak tahu beliau sudah berada di mana. Beliau kemudian menutup pertemuan dengan meminjam kalimat peribahasa lokal yang berbunyi “Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo” yang berarti hari esok harus lebih baik dari hari ini.

Berbekal pertemuan demi pertemuan dan semakin banyak pihak yang ikut ambil bagian melalui wadah KPAD maka perlahan tapi pasti angkap penemuan kasus mulai berubah. Dari angka 10 kasus yang sudah bertengger di data propinsi selama hampir 5 tahun mulai berubah menjadi 100 kasus di tahun 2006, dan terus bertambah menjadi 3.655 kasus di akhir tahun 2013. Lalu apa artinya jumlah kasus yang semakin bertambah? Artinya, kemampuan tenaga medis untuk menemukan kasus semakin baik, semakin banyak orang yang sadar dan memeriksakan diri, dan semakin kecil kemungkinan penyebaran jika penemuan kasus langsung dibarengi dengan terapi yang tepat.

Memang, masih banyak yang harus dikerjakan oleh KPAD Kabupaten Jayawijaya dalam menanggulangi penyebaran HIV dan AIDS di wilayahnya. Namun, berbekal peribahasa “Yogotak Hubuluk Motok Hanorogo” maka ada keyakinan dalam diri bahwa memang hari esok haruslah lebih baik dari hari ini!

“Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes GA Sadar Hati – Bahasa Daerah Harus Diminati”

Bahasa Daerah Harus Diminati

Bangga dengan Teknologi Hijau Persembahan DAIHATSU!

Teknologi hijau atau sering disebut dengan greentech adalah aplikasi dari satu atau lebih pengetahuan tentang lingkungan, dengan berbagai metode dan material untuk memonitor, menjadi model, melakukan konservasi alam, menciptakan suatu produk yang bersih dan ramah lingkungan yang akhirnya mengurangi dampak buruk dari perkembangan teknologi itu sendiri (terjemahan bebas dari Wikipedia digabung dengan sumber-sumber lain).

Bagaimana penerapan teknologi hijau di bidang otomotif? Ada yang bilang, selama mobil atau kendaraan Anda masih menggunakan bahan bakar fosil maka tetap saja itu tidak ramah lingkungan. Pendapat ini sebenarnya salah. Karena ketika kendaraan itu bisa meminimalisir gas buang hingga tak ada gas buang sama sekali yang berdampak buruk, maka apapun bahan bakarnya sebenarnya itu sudah merupakan penerapan teknologi hijau. Memang harus diakui sangat sulit melakukan hal-hal terutama untuk meminimalisir gas buang tersebut namun paling tidak kita boleh bersyukur masih ada perusahaan-perusahaan pembuat mobil yang terus berupaya untuk menerapkan teknologi hijau dalam setiap produk-produknya. Salah satunya adalah Daihatsu.

Daihatsu sangat serius dalam menerapkan teknologi ramah lingkungan alias teknologi hijau dalam setiap produk-produknya. Ada tiga rahasia ramah lingkungan yang akan menjadi pedoman model-model Daihatsu di masa depan.

Rahasia pertama adalah teknologi “Eco-Idle” yang mampu mengatur dan mematikan mesin secara otomatis. Dalam keadaan macet, mesin mobil akan mati secara otomatis sehingga dapat menghemat bahan bakar, ditambah sistem i-EGR mampu menghasilkan pembakaran sempurna dan mengurangi pengeluaran karbondioksida. Langkah pertama ini dipastikan akan menghemat bahan bakar dengan target 30 km per Liter bahan bakar. Wah, kalau jarak Surabaya – Jakarta sekitar 800 km maka kira-kira akan menghabiskan bahan bakar tidak sampai 30 Liter dong? Mantap!

Ternyata tak hanya pembakaran sempurna saja yang dilakukan untuk menghemat bahan bakar ini. Daihatsu juga menaikkan rasio kompresi mesin menjadi 10,5 – 11,3, meningkatkan efisiensi daya transmisi CVT melalui pengurangan beban pada mesin karena rasio gigi dioptimalkan, mengurangi bobot kendaraan dengan penggunaan material yang lebih ringan, melakukan efisiensi saat kendaraan melambat dan pada pengeraman, serta meningkatkan efektifitas pendingin udara panas.

Kedua, penggunaan mesin dua silinder turbocharged dengan teknologi active ignition system yang bisa menghemat bahan bakar sebesar 30 persen. Walaupun cc kecil tapi performa tetap terjaga berkat teknologi turbo yang dimiliki oleh produk-produk Daihatsu. Penghematan ini dicapai berkat kinerja 2 silinder yang lebih efektif ketimbang menggunakan 3 silinder yang kerap digunakan oleh banyak jenis mobil termasuk city car. Selain itu, pada teknologi pengapian, penggunaan listrik frekuensi tinggi akan memastikan semua bahan bakar yang tercampur dengan udara dibakar habis sehingga meminimalisasi gas yang terbuang.

Ketiga, Daihatsu akan membuat sumber energi baru melalui penggunaan bahan bakar cair Hidrazin Hidrat (N2H4.H2O). Hidrazin Hidrat adalah pencampuran air dan hidrogen. Zat ini memiliki daya energi yang tinggi dan tidak menghasil CO2 sehingga sangat ramah lingkungan. Selain itu, Daihatsu juga meniadakan penggunaan logam mulia pada sistim kelistrikan sehingga menekan biaya produksi yang akan membuat mobil lebih murah namun dengan performa lebih baik dan lebih hemat bahan bakar. Teknologi fuel cell Daihatsu memiliki jarak tempuh lebih jauh dibanding dengan teknologi fuel cell lain.

Pasti bingung deh… membaca ulasan tentang teknologi Daihatsu ini. Tapi intinya hanya satu, Daihatsu membuat mobil terbaik yang ramah lingkungan namun tetap hemat bahan bakar.

???????????????????????????????

Nampang bareng Erdi (Daihatsu R Deluxe) si mobil kesayangan

Akupun sangat tertarik untuk bisa memiliki dan merasakan sendiri sensasi mengendarai Daihatsu. Sejak November 2012 lalu, aku dan keluargaku menikmati mobil baru kami Daihatsu Xenia R Deluxe. Memang sudah lama aku mengincar tipe yang satu ini. Selain sudah cukup lengkap asesorisnya, harganya juga lumayan sesuai dengan isi kantong. Kini si Erdi, sapaan kami untuk mobilku ini, berasal dari kata R Deluxe – disingkat jadi Erdi, selalu mengisi hari-hariku bersama keluarga. Dengan warnanya yang hitam gagah, aku selalu merasa bangga setiap kali mengendarainya menerabas padatnya lalu-lintas di Surabaya. Jangankan di Surabaya, beberapa kali melintasi jalan tol Suramadu, Erdi sangat enak dipacu. Tenaganya cukup responsif namun tetap hemat bahan bakar.

Oh iya, selain di sisi teknologi, Daihatsu juga gencar melakukan program-program CSR yang bermanfaat bagi orang banyak. Ada program Hijau Bersama Daihatsu yang menitikberatkan pada pengelolaan dampak lingkungan, ada program Sehat Bersama Daihatsu untuk membantu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, program Pintar Bersama Daihatsu untuk meningkatkan kualitas pendidikan, serta program Sejahtera Bersama Daihatsu yang berkomitmen melakukan pemberdayaan di bidang ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu penghargaan yang pernah diterima Daihatsu dari Gubernur DKI Jakarta adalah peringkat “Very Good Level” untuk Environmental Management. Ini bukti keseriusan Daihatsu dalam mewujudkan teknologi hijau yang terus-menerus ramah lingkungan.

Program CSR DAIHATSU (www.daihatsu.co.id)

Program CSR DAIHATSU (Sumber: www.daihatsu.co.id)

Wah, dengan semua yang telah, sedang, dan akan dilakukan oleh Daihatsu rasanya aku makin bangga saja deh memiliki dan mengendarai si Erdi eh.. Daihatsu…

Salam Sahabat DAIHATSU!

Pancasila, Identitas Bangsa yang Kini Terlupakan?

Kalau ada yang bertanya pada Anda, “Apa sih identitas bangsa kita, bangsa Indonesia ini?” kira-kira apa jawaban Anda? Jika pertanyaan itu diajukan pada seorang anak remaja penggemar K Pop misalnya, kira-kira apa ya jawabannya? Saya pernah coba bertanya pada anak tetangga saya. Umurnya kira-kira 10 tahun. Sudah sekolah di sekolah dasar yang berada satu komplek dengan perumahan dimana kami tinggal. Jawabannya ternyata sederhana. Hanya garuk-garuk kepala sambil tersenyum dan bertanya, “Identitas itu apa sih Om?”. Giliran saya yang bingung menjelaskan.

Kamus besar Bahasa Indonesia mendeskripsikan identitas sebagai ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang atau kata ringkasnya adalah jati diri. Sehingga identitas bangsa dapat dikatakan secara ringkas adalah apa-apa saja yang menjadi ciri-ciri atau jati diri bangsa tersebut.

Bangsa Indonesia lahir dari adanya persamaan nasib dan keinginan bersama untuk merdeka. Proses pembentukan bangsa yang lahir dari persamaan nasib dan keinginan bersama untuk merdeka ini secara ringkas ternarasikan dalam Pembukaan UUD 1945. Secara umum kita mengenal ada beberapa hal yang sering disebutkan sebagai identitas bangsa Indonesia. Apa saja identitas bangsa Indonesia?

  1. Bahasa nasional, yaitu Bahasa Indonesia
  2. Bendera negara, yaitu Sang Saka Merah Putih
  3. Lagu Kebangsaan, yaitu Indonesia Raya
  4. Lambang Negara, yaitu Garuda Pancasila
  5. Semboyan negara, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
  6. Dasar falsafah negara, yaitu Pancasila
  7. Bentuk negara: yaitu kesatuan dan bentuk pemerintahan yaitu Republik
  8. Konstitusi/ hukum dasar, yaitu UUD 1945
  9. Konsepsi Wawasan Nusantara
  10. Kebudayaan daerah yang diterima sebagai kebudayaan nasional/ bangsa.

Masih banyak lagi yang bisa dikatakan sebagai identitas bangsa ini. Namun menurut saya inti dari identitas bangsa ini hanya satu saja yaitu Pancasila. Para pejuang bangsa negeri ini seperti misalnya Soekarno, Ki Hajar Dewantara, HOS Cokroaminoto, dan lain-lain pernah mengingatkan tentang pentingnya pembangunan karakter dan karakter bangsa. Apa itu karakter bangsa semuanya jelas tertuang dalam butir-butir atau sila-sila dalam Pancasila.

Apa sih Pancasila itu? Pancasila adalah buku manual/ pedoman untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Masyarakat adil dan makmur adalah tujuan besar yang ingin dicapai oleh bangsa ini. Ada ribuan pulau di Indonesia yang jelas menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang sangat luas. Negara yang luas ini mempunyai beraneka ragam adat, agama, dan kebudayaan. Walau beragam, ada satu persamaan yang dimiliki oleh setiap daerah yang ada di negara ini, yaitu kepercayaan akan adanya Tuhan. Inilah yang menjadi karakter pertama yang juga tercantum dalam sila pertama Pancasila. Jika seseorang itu yakin akan adanya Tuhan maka dia akan menghormati keberagaman itu, karena keberagaman itu terjadi atas kehendak Tuhan. Dengan demikian dia akan menyadari walaupun beragam, pada dasarnya kita adalah sama yaitu sama-sama manusia. Jika kesadaran untuk menghormati sesama manusia itu timbul dan dihayati sedemikian rupa maka seseorang itu akan menjadi manusia yang beradab. Inilah yang tercantum dalam sila kedua Pancasila. Ketika sudah tidak lagi pembeda-bedaan manusia, yaitu ketika setiap kita sudah menjadi manusia yang beradab, maka otomatis akan tercipta persatuan (sila ketiga Pancasila). Dalam persatuan, setiap orang akan berusaha membantu menyelesaikan permasalahan satu sama lain. Setiap orang akan belajar bagaimana menjadi bijak dalam menyikapi setiap persoalan. Kemudian akan lahir manusia-manusia bijak. Tentu saja dalam penyuaraan hak dan penyampaian pendapat perlu adanya keterwakilan. Inilah yang tercantum dalam sila keempat Pancasila. Jika semua orang sudah menjadi bijak, maka manusia yang bijak tentu saja akan berlaku adil terhadap siapa saja sehingga tercapailah suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sumber gambar: thejakartaglobe.com

Sumber gambar: thejakartaglobe.com

Apa yang terjadi sekarang? Bakar-bakaran tempat ibadah, tawuran karena perbedaan suku atau golongan hingga perang antar kampung masih saja terjadi di bumi Indonesia tercinta ini. Belum lagi dalam kondisi saat ini dimana jarak antar negara semakin dekat oleh kemajuan teknologi informasi. Serbuan budaya luar dengan mudahnya masuk dan diaplikasikan begitu saja oleh masyarakat kita. Masyarakat yang dulu dikenal akan keramah-tamahannya saat ini berubah garang. Jadi masyarakat siap perang dengan parang. Padahal kita sebagai bangsa sudah punya karakter yang jelas yang tertuang dalam Pancasila tadi. Karakter yang diimpikan oleh para pendiri bangsa ini. Kalau itu diterapkan oleh setiap orang, tak akan mudah terjadi konflik di negeri ini. Semua orang akan kembali pada ciri keramah-tamahan sebagaimana dulu kita dikenal.

Sayup-sayup terngiang lagu ciptaan Pak Sudharnoto yang digubah tahun 1956: “Garuda Pancasila, akulah pendukungmu, patriot proklamasi, sedia berkorban untukmu.. Pancasila dasar negara, rakyat adil makmur sentosa, pribadi bangsaku…”

Jadi, yuk sama-sama kita benahi dulu hal-hal yang mendasar tadi, yang tercantum dalam Pancasila. Kalau itu kita pegang kuat maka posisi bangsa kita dalam komunitas global dan multikultural juga akan kuat. Kita akan disegani sebagai bangsa dengan kepribadian Pancasila.

“ayo maju-maju, ayo maju-maju, ayo maju-maju….”

Seru-seruan bareng, kapan lagi ya?

Yacobus in action, "Tarikkk..."

Yacobus in action, “Tarikkk…” (Ki-Ka: Bram, Yacobus, Grace, Willy, Debo)

rame-rame_2

Benar-benar penuh penjiwaan…ya..ya.. (Ki-Ka: Bram, Kobus, Grace, Willy, Debo)

Java Regional Meeting, December 2012.

Java Regional Meeting, December 2012.

Waktu sudah menunjukkan pukul 19.00 WIB, sisa hujan di luar Graha Residence masih terlihat. Lantai di depan ruang makan masih agak basah tersiram derasnya hujan. Saling lirik dan saling tanya, “Jadi nggak?” mewarnai waktu sehabis makan malam di 13 Desember 2012 itu.

Pertemuan selama 3 hari yang menguras energi dan waktu telah selesai. Pendeta Sartono menutup semuanya dengan memimpin ibadah Natal bersama. Kenangan yang indah. Sungguh indah untuk dilupakan.

Tapi belum cukup di situ. Pertanyaan sehabis makan malam tadi segera terjawab. “Yuk, jalan..!”. Beberapa teman menumpang di kendaraanku dan yang lain menaiki mobil yang disediakan pihak hotel eh sorry bukan hotel tapi serviced apartment (ini bukan promosi ya..).

Cerita selanjutnya bisa disimak dalam banyak gambar yang saya posting bersama artikel ini. Kalau melihat mimik wajah dan aksi rekan-rekan semua, cuma satu pertanyaan yang akan terucap. Mungkin bukan hanya terpikir olehku tapi mungkin juga terpikir oleh yang lain, sederhana saja, “Kapan lagi ya?”.

Nunus in action, yang lain kok ngga naik kursi ya?

Nunus in action, yang lain kok ngga naik kursi ya? (Ki-Ka: Grace, Debo, Teten, Yosel, Nunus, Rudi, Willy, Pur)

Kembali…kembali…. kita bersama lagi…….

Boneka cantik…dari….. India…….

Terajana….terajana…………….

Laskar ..pelangi…..

Angie……angie……

Koes Bersaudara...

Koes Bersaudara… (Ki-Ka: Grace, Willy, Debo, Nunus, Yosel, Pur, Thomas)

Pekerjaan, bagian dari Spiritual Journey saya!

Bersama Marching Band Swara Anak Lanny

Bersama Marching Band Swara Anak Lanny

CoH Training of Facilitator, India

CoH Training of Facilitator, India

Di Radio VLC, Tiom, Lanny Jaya, Papua

Di Radio VLC, Tiom, Lanny Jaya, Papua

At Pernas AIDS IV,   Yogyakarta

At Pernas AIDS IV, Yogyakarta

OTw ke Wanem, Kurima, Yahukimo

Otw ke Wanem, Kurima, Yahukimo

Apa bedanya bekerja di dunia sekuler dan dunia pelayanan? Rasanya hampir tidak ada bedanya. Saya pribadi merasa kalau saya sudah merasakan keduanya. Bekerja sebagai kepala Puskesmas selama 2 tahun di Pulau Alor NTT dan bekerja sebagai pegiat sosial (begitu Pak TAS menyebutnya) di Wahana Visi Indonesia hingga sekarang.

Bagi saya, pekerjaan saya adalah bagian dari karya besar kehendak Tuhan dalam diri saya. Bukan suatu kebetulan kalau akhirnya saya memilih bekerja di organisasi ini. Setelah bekerja bersama WV selama 8 tahun, perubahan yang terjadi adalah adanya komunikasi yang teratur antara saya dengan Tuhan dalam bentuk devosi pribadi, keluarga, dan bersama rekan-rekan dalam pekerjaan ini.

Yang memotivasi saya melakukan semua ini adalah semata-mata karena ingin menyenangkan hati Tuhan, karena saya berharap agar Tuhan tersenyum setiap melihat pekerjaan baik yang saya lakukan, keluarga saya semakin diberkati hari demi hari, dan masyarakat yang saya layani juga merasakan manfaat yang cukup dari apa yang saya lakukan sehingga organisasi ini dapat terus berkarya dengan lebih dan lebih lagi di masa mendatang.

 Jika ditanyakan ke saya, adakah pribadi yg menjadi inspirasi? Bagi saya pribadi yang menginspirasi hanya Yesus. Sampai saat ini saya belum menemukan ada pribadi yang seperti Dia.

Apa spiritual journey yang paling saya rasakan bersama WVI? Dulu saya adalah orang yang paling sulit menyediakan waktu untuk hubungan pribadi dengan Tuhan. Sebagai orang yang berlatar belakang medis tentu logika dan pengetahuan selalu menjadi patokan yang utama dalam bertindak. Baru setelah bergabung bersama WVI saya pada awalnya “dipaksa” untuk bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Lama kelamaan itu bukan jadi “paksaan” buat saya tetapi menjadi waktu-waktu yang saya nantikan. Saat ini saya mempunyai jadwal teratur berkomunikasi dengan Tuhan baik itu jadwal pribadi, keluarga, maupun saat devosi bersama di kantor.

Ada satu qoute yg bisa memotivasi saya selama ini. Johann Wolfgang von Gothe, “Thinking is easy, acting is difficult, and to put one’s thoughts into action is the most difficult thing in the world”. Quote ini menjadi menarik karena berbicara tentang hal yang sering saya lakukan yaitu berpikir. Karena ternyata betul, berpikir itu mudah. Menjadikannya suatu aksi itu yang susah. Tapi yang paling susah ternyata adalah mengimplementasikan apa yang jadi pikiran orang lain. Ini yang sering ditemukan ketika bekerja di organisasi ini. Namun dengan kualitas spiritual yang baik, saya tetap percaya apapun itu asal untuk kebaikan masyarakat dan anak-anak yang kita layani pasti akan berhasil kita lakukan. Tuhan kiranya selalu menyertai perjalanan saya bersama WVI.

Aman, Semua Lancar!

Paket Speedy Monitoring

Paket Speedy Monitoring (Sumber: http://www.monitoring.telkomspeedy.com)

Andai saja semua orang bisa berkata seperti judul di atas, “Aman, semua lancar!” untuk segala jenis persoalan yang dihadapinya. Mau itu ada masalah atau persoalan dengan keuangan, butuh dana untuk biaya apa saja, jawabnya, “Aman, semua lancar!”. Atau untuk masalah yang paling penting saat ini yaitu masalah keamanan dimana hari demi hari kebutuhan akan akan rasa aman ini dirasa semakin meningkat. Kejahatan semakin lama semakin modern dengan modus beragam yang harus segera diatasi sebelum menjadi korban sia-sia. Saya ingat ketika ibu saya menjadi korban perampokan ketika hanya semalam menginap di rumah kakak saya. Semua perhiasan dan barang-barang mahal yang bentuknya kecil atau ringkas semua ludes diangkut tanpa sisa. Kerugiannya jelas, hampir 200 juta melayang dengan sia-sia. Hingga kini tidak jelas siapa pelakunya. Pihak berwajib katanya masih menyelidiki peristiwa itu.

Setelah peristiwa itu mulailah ibu saya sibuk membenahi rumahnya. Pagar ditinggikan dengan dilapis kawat berduri di bagian atasnya. Gembok-gembok diperbaharui dengan gembok yang lebih bagus. Jendela dan pintu-pintu keluar semuanya dilapis dengan kerangka baja yang hanya bisa dibuka-tutup dengan minimal 3 – 4 gembok. Belum lagi lapisan pengamanan dari sisi dalam rumah. Lagi-lagi mengandalkan gembok-gembok yang cukup banyak jumlahnya. Hal ini jadi sangat menyulitkan ketika mau masuk atau keluar rumah. Harus menyediakan cukup waktu untuk membuka dan memasang lagi sejumlah gembok itu. Coba bayangkan, keluar pintu ruang tamu menuju ke arah teras harus membuka dan memasang kembali sekitar 4 gembok. Sampai di pagar harus membuka dan memasang kembali sejumlah gembok yang sama. Akhirnya untuk memudahkan, kunci-kunci gembok pun ditandai. Diberi gambar kode atau tulisan yang sama pada kunci dan gemboknya. Lalu bagaimana kalau ibu saya pas tidak ada di rumah? Bagaimana memonitor atau mengawasinya?

Waktu itu sempat saya usulkan untuk memasang kamera CCTV. Televisi sirkuit tertutup (CCTV) adalah penggunaan kamera video untuk mengirimkan sinyal ke sebuah tempat tertentu, pada satu set monitor terbatas. Tapi ternyata hitung punya hitung banyak juga biaya yang harus disiapkan. Belum lagi ibu saya tergolong orang yang kurang paham dengan berbagai instruksi pemakaian barang atau alat yang sedikit canggih.

Pilihan selanjutnya yang muncul kemudian adalah menggunakan tenaga keamanan atau security. Lagi-lagi terbentur pada biaya yang harus disediakan. Biasanya jasa keamanan diorganisir oleh suatu perusahaan swasta. Bisa saja sih, langsung rekrut saja sembarang orang. Yang penting bisa bela diri. Tapi apa iya mau ambil resiko dengan orang yang baru dikenal lalu mempercayakan begitu saja rumah dan segala isinya? Pilihan ini pun akhirnya gugur dengan sendirinya.

Bagaimana kalau pelihara anjing penjaga? Itu usulan berikut yang mengemuka. Lagi-lagi terpikir betapa repotnya memberi makan anjing penjaga. Makanannya harus khusus dan tidak sembarangan. Apalagi ibu saya harus sering ke luar kota mengunjungi ketiga anaknya secara bergantian. Kadang satu minggu ada di Bandung, kadang di Surabaya atau dari Bandung langsung ke Surabaya persis deh kayak syair lagu “Naik Kereta Api”. Udah begitu, apa iya anjing penjaga bisa memberitahu kita yang sedang jauh dari rumah kalau terjadi sesuatu? Nggak mungkin kan? Jadi pusing deh…

Baru-baru ini akhirnya saya mengusulkan ke ibu saya untuk menggunakan Speedy Monitoring. Speedy Monitoring merupakan layanan pengawasan (surveillance) dimana nantinya ibu saya dapat melakukan akses live dan recorded video tentang kondisi tempat yang dia inginkan (rumah atau toko) secara real time menggunakan web browser yang terhubung ke internet.  Speedy Monitoring adalah online monitoring dimana nantinya sayapun bisa memantau dan merekam rumah ibu dari smartphone (HP) saya dimanapun dan kapanpun dengan mudah. Untuk mudahnya, Speedy monitoring adalah CCTV online yang tidak bikin pusing! Saya juga mencoba menyampaikan beberapa keunggulan dari Speedy Monitoring:

1. Hasil perekaman video akan tersimpan diserver Telkom sehingga sayapun dapat mendownload hasil perekaman kapan saja. Ini dimungkinkan dengan layanan IP camera yang memerlukan alokasi IP statis. Alokasi IP statis akan didapatkan dengan berlangganan paket bronze, silver, atau gold.
2. Dapat melakukan pengelolaan terhadap hasil perekaman (kapasitas storage) yang kita miliki. Ini dimungkinkan dengan server yang terpusat sehingga kita tidak perlu repot bolak-balik ke rumah untuk melihat hasil rekaman karena dapat diakses dari mana saja dan kapan saja.
3. Kitapun dapat mengakses kondisi rumah kita dari jarak jauh melalui mobile phone atau dengan menggunakan mobile application (tersedia untuk smartphone Android, iPhone, dan Windows Phone). Kebetulan HP saya adalah smartphone Android sehingga akan memudahkan saya memonitor kondisi rumah ibu saya nantinya.

Mengenai harga, saya sampaikan lagi secara gamblang beberapa paket yang tersedia. Ada paket basic yang gratis, paket bronze, silver, dan gold. Belum lagi program bonus yang ada sekarang yaitu promo gebyar akhir tahun yang menawarkan bermacam paket dengan harga special. Dengan paket basic yang gratis, kita sudah bisa mengakses live view sehingga apapun terjadi, saat itu juga dapat dimonitor via internet.

Mendengar kata gratis tadi ibu saya tampaknya tertarik. Apalagi karena dia nggak perlu repot mengawasi. Cukup saya dan adik saya saja yang memonitor dan kalau ada sesuatu terjadi bisa langsung menghubungi ibu saya. Sekarang tinggal menunggu eksekusinya saja. Entah adik saya yang mengurus registrasinya atau saya yang ke Jakarta untuk mengurusnya. Mudah-mudahan pemasangan Speedy Monitoring ini bisa cepat terealisasi agar paling tidak kami semua bisa kompak berkata, “Aman, semua lancar!”.

PEKERJAAN VS PELAYANAN

Pelayanan vs Pekerjaan (Sumber: s0lide0gl0ria.wordpress.com)

Tanggal 17 Oktober 2012 lalu, sebuah email dengan sengaja saya baca. Email tersebut dari seorang teman yang dahulu “melayani” di daerah yang sama dimana saya “bekerja” saat ini.

Pasti pembaca bingung ya? Kok kata melayani dan bekerja saya berikan tanda kutip? Yang pasti sejak email tersebut bergulir, banyak tanggapan dari rekan sekerja yang mengalir. Tentu saja agar semua bisa membaca, “reply to all” menjadi hal yang wajib. Bukan bermaksud menambah beban server tapi agar bisa jadi intermezzo di tengah-tengah rutinitas pekerjaan eh pelayanan 🙂

Ini dia email tersebut (mungkin didapat dari browsing dengan modifikasi ala Johny Sirait):

Wahai Sobat’s,

Kita sering mendengar tentang PEKERJA(AN) dan PELAYAN(AN)

Lalu apa bedanya PEKERJA(AN) dan PELAYAN(AN) ?

Jika Anda melakukannya hanya karena tidak ada orang lain, itu disebut PEKERJA(AN)

Jika Anda melakukannya dengan motivasi untuk Tuhan dan sesama, itu disebut PELAYANA(AN)

Jika Anda berhenti karena seseorang mengkritik Anda, itu adalah PEKERJA(AN)

Jika Anda terus melakukannya secara konsisten dan taat asas itu adalah PELAYAN(AN)

Jika Anda akan melakukannya hanya selama itu tidak mengganggu aktivitas Anda yang lain itu adalah PEKERJA(AN)

Jika Anda berkomitmen untuk tinggal bersama masyarakat yang bermasalah dan ikhlas melepaskan hal-hal lain itu adalah PELAYAN(AN)

Jika Anda berhenti karena tidak ada yang memuji atau mengucapkan terima kasih pada Anda, itu adalah PEKERJA(AN)

Jika Anda tetap setia dengan itu meskipun tidak ada mengakui usaha Anda,itu adalah  PELAYAN(AN)

Sulit untuk mendapatkan semangat yang tulus bagi PEKERJA(AN)

Hampir mustahil untuk tidak bersemangat bagi PELAYAN(AN)

Jika perhatian kita adalah sukses semata, itu adalah PEKERJA(AN)

Jika perhatian kita adalah kesetiaan pada proses dan hasil, itu adalah PELAYAN(AN)

Anda yang mana ???

Tak berapa lama kemudian, selang beberapa jam saja, beberapa balasan masuk. Ada yang mencoba menjawab bahwa, “Saya adalah pekerja yang melayani dan pelayan yang melakukan pekerjaan” (Johanis D. Dondokambey). Ada juga yang bingung menjawab dan mungkin tak ingin menjawab secara lugas. Tak penting membedakan apa itu pekerjaan dan apa itu pelayanan yang penting adalah komitmen. Komitmen kepada siapa pekerjaan maupun pelayanan itu ditujukan. Dengan kata lain, bekerja untuk Tuhan dan pelayan untuk Tuhan (I Wayan Polos Jonathan).

Yang cukup dalam pengertiannya (menurut Johanis D. Dondokambey) adalah pernyataan dalam email balasan tanggal 20 Oktober, saya copy paste sebagai berikut:

Hi Pak…terima kasih untuk email motivatif ini.

Yang saya imani adalah bahwa pekerjaan itu sebuah aksi dan pelayanan itu merupakan spirit-nya. Jadi jika seorang pekerja tidak memiliki spirit pelayan, sesungguhnya dia sedang mengerjakan sesuatu tanpa aspek kekekalan sementara jika seorang pekerja melakukan aksinya dengan spirit pelayanan maka bagian Sang Pemilik Ladang sedang dikecapnya…

Saya yakin semua yang membaca email bapak ini juga sedang berproses ke arah yang sama; bekerja dengan spirit pelayanan karena kita melayani Tuan yang sama, yang mempercayai kita menjadi alat-alat di tangan-Nya untuk beraksi menghadirkan kerajaan Allah di bumi 🙂 (Natalia Maria Magdalena).

Setelah itu, semua vakum. Sepertinya pembahasan antara pekerjaan vs pelayanan berakhir begitu saja walau mungkin sebenarnya masing-masing masih menyimpan pertanyaan besar dalam dirinya. Mungkin ada yang jadi galau. Ada juga yang tetap santai, ngga mau repot mikirin bedanya. Saya sepertinya termasuk salah satunya 🙂 (atau satu-satunya kali ya?)

Di dunia kerja atau sekuler (ketika definisi bekerja adalah menjadi karyawan di satu perusahaan) dimana atasan kita kemungkinan besar bukan pengikut Kristus, mudah saja memilihnya. Pekerjaan adalah di atas segalanya. Kalau tidak serius mengerjakannya, bisa dipecat. Pelayanan (ketika definisi pelayanan adalah melayani di gereja)? Yaaa… nanti dululah.

Larry Peabody[1] dalam bukunya yang berjudul “Pekerjaan Sekuler adalah Pelayanan Sepenuh Waktu” (Nafiri Gabriel, Jakarta, 1999) di salah satu artikelnya dalam buku tersebut, mengisahkan tentang kisah Daniel yang “ditugaskan” ke Babel. Daniel menunjukkan pelayanan sepenuh hatinya lewat pekerjaan yang dilakukannya. Demikian juga Rasul Paulus yang memilih harus bekerja di dunia sekuler untuk menjadi contoh bagi jemaat. Contoh bagaimana mengerjakan pekerjaan di dunia sekuler sebagai pelayanan sepenuh hati. Dengan demikian keraguan kita akan apakah pekerjaan ini adalah pelayanan atau pelayanan ini adalah pekerjaan seharusnya tidak perlu ada lagi. Semua pekerjaan adalah kudus jika kita yakin bahwa itu memang diberikan Tuhan bagi kita. DIA yang menempatkan kita di sana untuk dapat menjadi berkat dan terang bagi orang-orang di tempat kerja kita.

Bicara sekuler sepertinya gampang ya? Yang sulit adalah seorang pekerja (atau pelayan?) di NGO yang jelas-jelas menyatakan ke-Kristen-annya. Pelayanan atau pekerjaan selalu menjadi pertanyaan yang sepertinya tak pernah terselesaikan. Kalau mau gampang, saya pinjam saja kalimat dari salah satu teman, “Dari jam 8 pagi hingga jam 4 sore itu bekerja. Di luar jam itu adalah pelayanan”. Anda setuju?

Setuju tidak setuju saya rasa tak masalah. Pelayanan atau pekerjaan juga tak masalah. Mau full time atau part time, ya ngga masalah juga. Yang penting full heart![2]


[1] i-kan-misi@xc.org

[2] Rohkris47.wordpress.com

Sehebat Itukah Lady Gaga?

Membaca salah satu judul berita di VoA tentang adanya spesies tanaman pakis baru yang diberi nama Lady Gaga, membuat saya bertanya-tanya dalam hati. Penting amat sih, sampai nama pakis saja harus diberi nama Lady Gaga. Apalagi menyimak alasan mengapa nama Lady Gaga diberikan untuk tanaman pakis tersebut. Simak pernyataan salah satu profesor biologi yang terlibat dalam penemuan tanaman pakis itu, “karena pembelaannya (Lady Gaga) yang berapi-api atas kesetaraan dan kebebasan ekspresi individu”. Itulah alasan mengapa tanaman pakis itu diberi nama Lady Gaga. Tentunya alasan lain yang terkait kemiripan bentuk juga sempat mengemuka. Lady Gaga pernah menggunakan kostum “gametophyte” pada Grammy Awards 2012 yang kemungkinan mirip dengan bentuk tanaman pakis yang baru ditemukan tersebut.

Wow, benarkah Lady Gaga sehebat itu? Perempuan yang bernama asli Stefani Joanne Angelina Germanotta ini lahir di New York 26 tahun yang lalu. Tepatnya 28 Maret 1986. Musikalitasnya sangat kental dipengaruhi oleh banyak tokoh di dunia musik yang terkenal pada jamannya. Sebut saja Madonna, Michael Jackson, Andy Warhol dan David Bowie. Masih banyak artis tenar lain yang turut mempengaruhi musikalitasnya selain nama-nama yang baru disebutkan tadi. Lahir di keluarga sederhana (menurut Gaga sendiri), dengan ia sebagai anak tertua, telah membuat bekerja menjadi suatu hal yang biasa di keluarganya. Ayahnya yang seorang pengusaha internet dan ibunya yang bekerja di bidang telekomunikasi harus bekerja lebih dari 12 jam sehari untuk memenuhi kebutuhan mereka. Keinginan Gaga untuk mendobrak dan keluar dari pakem yang sudah ada mulai terlihat sejak ia bersekolah di salah satu sekolah katolik khusus perempuan di Manhattan. Kalau diceritakan seluruhnya, riwayat hidup Gaga akan sangat panjang. Belum lagi mengenai riwayat Gaga bermusik dan asal-muasal nama Lady Gaga. Wah.. bakal panjang ceritanya bak cerita bersambung atau novel. Tapi boleh lah sedikit tentang riwayat nama Lady Gaga.

Adanya nama Lady Gaga tak lepas dari peran Rob Fusari seorang produser yang turut mendongkrak karir Lady Gaga. Ketika itu SG Band (Stefani Germanotta Band), band-nya Lady Gaga mulai meredup dan akhirnya harus bubar. Hal ini membuat Gaga harus berkelana sendiri sebagai penyanyi lepas. Saat itu kebetulan Rob sedang mencari seorang vokalis perempuan, dan didapatilah Gaga (waktu itu Stefani). Setiap proses rekaman berlangsung, selama mereka bertemu, lagi Radio Gaga-nya Queen selalu berkumandang mengawali proses rekaman. Suatu kali, mereka sedang berpikir mengenai nama panggung apa yang pas untuk Stefani. Rob kemudian menges-em-es Gaga. Maksud Rob waktu itu ingin mengetikkan kata Radio Gaga namun akibat kecanggihan teknologi sms dengan predictive text maka yang keluar adalah Lady (bukan Radio) Gaga. Begitulah kira-kira sejarah namanya.

Lalu apa yang menarik disimak dari seorang Lady Gaga?

Tidak hanya berkarir di musik, Gaga memberikan cukup banyak uang dan waktu dalam berbagai kesempatan acara amal. Walau sempat menolak menyanyikan satu single dalam album “We are the World 25” untuk membantu korban gempa bumi di Haiti, Gaga mendonasikan hasil konsernya (kurang lebih sebesar USD 500,000) di Radio City Music Hall tanggal 24 Januari 2010 untuk membantu proses rekonstruksi atau pembangunan kembali fasilitas umum yang hancur akibat gempa di Haiti tersebut.

Ketika gempa dan tsunami melanda Jepang di tahun 2011 (11 Maret), Gaga menggandeng salah satu perusahaan untuk membuat gelang yang ia desain bersama perusahaan tersebut. Semua hasil penjualan gelang tersebut didonasikan untuk kebutuhan relief mengatasi dampak akibat gempa dan tsunami tersebut. Tanggal 29 Maret 2011 (cuma 18 hari setelah bencana itu), penjualan gelang Gaga tersebut telah mencapai USD 1,5 juta. Wow!

Selain itu, untuk mendukung para korban bencana gempa dan tsunami di Jepang ini, Gaga juga aktif mendukung pendanaan untuk Palang Merah Jepang dengan penampilannya di MTV Japan’s Charity Show.

Di bidang HIV dan AIDS, Gaga dan rekannya Cyndi Lauper bergabung membentuk MAC Cosmetics yang menelurkan Viva Glam lipstick dan lipgloss. Semua hasil penjualannya ditujukan untuk program pencegahan HIV dan AIDS di seluruh dunia. Sekitar USD 202 juta telah berhasil didapatkan untuk membantu program pencegahan HIV dan AIDS di seluruh dunia.

Image

Gaga berpidato dalam National Equality March 2009 (Sumber: Wikipedia)

Ada juga satu organisasi juga yang didirikan oleh Gaga untuk pemberdayaan orang muda. Namanya Born This Way Foundation (BTWF). Organisasi ini bergerak untuk mengatasi isu rendahnya percaya diri di kalangan orang muda, isu bullying, isu mentoring, isu keberadaan orang muda, hingga isu seputar pengembangan karir orang muda. Organisasi ini bekerjasama dengan banyak pihak untuk mewujudkan berbagai program. Di antaranya adalah program “kembali ke sekolah” dan “Born Brave” yang ditujukan untuk mengatasi bullying yang sering terjadi di sekolah.

Gaga juga dikenal anti undang-undang keimigrasian yang membatasi orang Meksiko untuk menyeberang ke Amerika via Arizona. Ia juga dikenal sebagai aktifis yang membela hak-hak LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, and Transgender). Bahkan Gaga secara khusus mendedikasikan satu lagu “Poker Face” yang menceritakan kehidupan biseksualnya. Pada MTV Music Awards tahun 2010, Gaga menggunakan gaun yang cukup fenomenal yaitu gaun yang terbuat dari daging. Walau sempat mendapat komentar tidak enak dari PETA, Gaga lebih ingin menyatakan bahwa pakaian dari daging yang dipakainya saat itu sebagai pernyataan atas hak-hak universal seorang manusia dengan fokus pada komunitas LGBT. “Kalau kita tidak lagi mau berdiri atas apa yang kita percayai, dan tidak mau memperjuangkan hak-hak kita, suatu saat hak yang kita punyai hanyalah sebatas daging yang menutupi tulang-tulang kita”, begitu kata Gaga. Ada benarnya juga ya?

Dengan segudang peran penting Lady Gaga di berbagai aktifitas sosial jadi membuat saya bertanya-tanya, bisa kah saya paling tidak melakukan hal yang sama dengan Lady Gaga? Maksud saya ngga lantas ikut-ikutan pakai baju aneh, jadi biseksual dan jadi penyanyi lho! Tapi lebih banyak berperan untuk lingkungan hidup, pencegahan HIV dan AIDS,  kepentingan kaum marjinal, dan banyak hal positif lainnya.

Rasanya, kalau memikirkan banyak hal positif yang telah dilakukan Lady Gaga, saya jadinya kepingin deh ikut disebut sebagai Little Monster!

Referensi: Wikipedia

Nikmatnya Hidangan Bakar Batu Wamena

Para lelaki mempersiapkan “bakar batu” (dok. pribadi)

Tinggal menetap selama 6 tahun (sejak tahun 2006) di Wamena Papua sebelum akhirnya pindah ke Surabaya membuat saya merindu satu masakan khas Wamena. Namanya bakar batu. Sebenarnya saya masih agak bingung apa ini bisa disebut jenis masakan atau teknik memasak. Yang pasti kami biasa menyebutnya “makan bakar batu” ketika masih di Wamena.

Apa itu “bakar batu”? Bakar batu ialah masakan yang dibuat dengan menggunakan batu panas. Batu panas inilah yang sebenarnya menjadi asal nama dari “makan bakar batu” ini. Batu-batu dikumpulkan dalam satu petak. Kemudian dibakar menggunakan kayu api selama beberapa jam. Hasilnya, ya batu panas tadi. Sambil menunggu batu-batu tersebut panas, biasanya para laki-laki membuat lubang di tanah dengan diameter sekitar setengah meter atau lebih (kadang bisa sampai satu meter, tergantung berapa banyak bahan yang akan dimasak) dan kedalaman setengah meter atau lebih juga. Lubang-lubang tersebut kemudian dilapisi dengan rumput atau alang-alang yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Sambil menunggu batu-batu panas juga, dipersiapkan segala bahan yang akan dimasukkan ke dalam lubang bersama dengan batu-batu panas. Bahan-bahan yang dipersiapkan biasanya adalah daging (biasanya masyarakat Wamena menggunakan daging babi, ayam, atau kelinci), sayur-sayuran (biasanya daun hipere/ daun ubi jalar) segala jenis, hipere/ ubi jalar, dan kalau ada ditambah dengan jagung. Dengan perkembangan jaman, kadangkala di beberapa daerah bisa ditemukan juga ada tambahan ikan (ikan mujair atau ikan mas) tergantung ketersediaan di wilayah tersebut.

Mempersiapkan “bakar batu” (dok. pribadi)

Setelah semua bahan siap dan batu-batu sudah panas, kaum lelaki akan memindahkan satu per satu batu-batu panas ke dalam lubang yang telah disiapkan. Batu-batu panas dimasukkan ke dalam lubang yang telah dilapisi alang-alang. Kemudian dilapisi lagi dengan sayur-sayuran, kemudian daging-dagingan biasanya menempati tempat paling bawah, diselingi dengan hipere, kemudian dilapisi lagi dengan sayuran, batu-batu panas lagi, dilapisi lagi dengan sayuran, diselingi lagi dengan hipere , jagung, dan sayuran lagi, begitu seterusnya hingga terbentuk gunungan yang akhirnya ditutupi alang-alang pada bagian akhirnya. Di beberapa tempat yang sudah dekat kota biasanya dilapisi lagi dengan terpal pada bagian akhirnya. Terpal menahan panas untuk tetap di dalam sehingga mempercepat proses kematangan bahan-bahan yang ada. Proses memasak yang dulu bisa sampai 4 – 5 jam bisa dipersingkat menjadi 2 -3 jam dengan bantuan terpal ini.

Bakar batu pada awal sejarahnya merupakan bagian ritual adat untuk merayakan hal-hal seperti kelahiran, kematian, pembuatan honai (rumah khas Wamena), mengumpulkan orang untuk bersama-sama membuka kebun baru, dan hal lain yang berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan di satu osili (semacam kampong kecil). Dengan perkembangan jaman, bakar batu tak hanya dilakukan untuk hal-hal tersebut tetapi menjadi meluas. Bakar batu sering dilakukan dalam banyak acara lain selain ritual adat. Bahkan ketika pemilihan legislative (anggota dewan) dan executive (kepala daerah) beberapa waktu lalu, bakar batu menjadi sarana yang cukup ampuh dalam “menyedot” massa untuk kampanye.

Terlepas dari untuk apa tujuan bakar batu itu, yang pasti saya sangat menggemarinya. Saya masih ingat betapa empuknya ubi jalar yang matang hingga ke dalam walaupun ukurannya cukup besar (ubi jalar di Wamena bisa berdiameter 20 cm atau bahkan lebih), betapa renyahnya daging ayam bak dimasak dengan teknik presto “tulang lunak”, dan nikmatnya sambal dabu-dabu sebagai pelengkap penambah kenikmatan menyantap bakar batu. Untuk sambal dabu-dabu ini, ada karena pengaruh pendatang karena jika kita menyantap bakar batu di daerah yang benar-benar pedalaman maka kita tak akan menemukan adanya sambal apalagi sambal dabu-dabu. Dengan bakar batu ternyata semua kandungan nutrisi dalam bahan-bahannya tertahan tetap dalam bahan-bahan tersebut. Kalau ubi direbus misalnya, ada zat yang terlarut dalam air. Jika dibakar atau dimasak dengan oven, biasanya bagian luarnya gosong sementara bagian dalam belum matang. Bakar batu membuat ubi jalar sebesar apapun matang hingga ke dalam. Batu-batu panas memasak semua bahan perlahan-lahan hingga matang seluruhnya. Proses mematangkan ini biasanya memakan waktu cukup lama, bisa 2 hingga 3 jam semenjak semua bahan dimasukkan ke dalam lubang.

Coba kita perhatikan kandungan nutrisi ubi jalar ini yang tetap dipertahankan dalam hidangan bakar batu: (per 100 gram) protein 1,8 gram, lemak 0,7 gram, karbohidrat 27,9 gram, mineral 49 mg, yang tak kalah penting adalah kandungan vitamin A (retinol) sebesar 2000 mcg dan vitamin C sekitar 20 mg serta tidak mengandung kolesterol.

Dengan kandungan nutrisi sedemikian, ubi jalar dipercaya bisa membantu meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, anti radang, membantu penyembuhan bronchitis dan arthritis, serta baik untuk penderita diabetes dan sering digunakan dalam program penambahan berat badan.

Daging sendiri, entah jenis daging mana yang digunakan dalam hidangan bakar batu adalah sumber protein hewani bermutu tinggi yang perlu dikonsumsi oleh setiap orang. Jika kita kebetulan mendapatkan bakar batu dengan menggunakan daging kelinci maka itu jauh lebih baik. Daging kelinci berserat halus dan mempunyai warna sedikit pucat sehingga dapat dikelompokkan dalam golongan daging berwarna putih seperti daging ayam. Daging putih mempunyai kadar lemak rendah dan glikogen yang tinggi. Selain itu daging kelinci mempunyai kandungan kolesterol dan natrium yang rendah sehingga aman dikonsumsi oleh orang berpenyakit jantung, usia lanjut, dan mereka yang mempunyai masalah dengan berat badan. Selain itu ada manfaat lain daging kelinci, antara lain: menurunkan kolesterol, meningkatkan kesuburan, dan bisa untuk membantu penderita asma.

Menikmati hidangan “bakar batu” (dok. pribadi). Penulis nomor dua dari kanan bersama istri dan teman-teman.

Wah cerita terus nih..kapan makannya? Saya teringat waktu itu, setelah lama menunggu (sekitar 3 jam) akhirnya saya dan teman-teman disuguhi hidangan bakar batu (lihat gambar). Kepingin mencoba? Datanglah ke Wamena (sekitar awal Agustus setiap tahunnya ada Festival Lembah Baliem yang pasti ada bakar batunya) dan buktikan sendiri!